Rabu, 07 April 2010

MANUSIA DAN KEMATIAN

2.1 PENGERTIAN MANUSIA MENURUT AL – QUR’AN
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa: Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet. Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14. Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses. Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dan tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu. Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi, biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah. Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?.
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
2.2 DEFINISI MANUSIA MENURUT AL - TOUMY AL - SYABANI
1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.
2.3 MANUSIA SEBAGAI KHALIFATULLAH
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.
Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.
Makna sederhana dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.
“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”
Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang paling banyak dilakukan dalam keseharian kita. Dalam kondisi tertentu, ibadah ghairu mahdhah harus didahulukan daripada ibadah mahdhah. Nabi mengatakan, jika kita akan shalat, sedangkan di depan kita sudah tersedia makanan, maka dahulukanlah untuk makan, kemudian barulah melakukan shalat. Hal ini dapat kita pahami, bahwa jika makanan sudah tersedia, lalu kita mendahulukan shalat, maka dikhawatirkan shalat yang kita lakukan tersebut menjadi tidak khusyu’, karena ketika shalat tersebut kita selalu mengingat makanan yang sudah tersedia tersebut, apalagi perut kita memang sedang lapar.
2.4 BEBERAPA HAL YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA MANUSIA

1. Jabatan : Adalah karunia Tuhan yang sangat besar bagi manusia dimana setiap insan yang dilahirkan ke muka bumi ini sudah mendapatkan gelar pemimpin. Deklarasi Allah ini, tentu mengapa ini dikatakan anugrah Allah yang sangat besar, ……., Alam yang begitu luas dengan ribuan mahkluk bahkan ribuan – ribuan ribu juta jutaan mahkhluk yang ada di dalamnya menjadi kewajiban manusia untuk melakukan fungsi kepemimpinannya, sehingga menjadi pembawa keberkahan, rahmat dan Manfaat bagi seluruh makhluk yang ada. Meski pada kenyataanya terjadi hal sebaliknya. Dapat kita lihat dimasa sekarang ini, disemua lini kehidupan orang selalu ingin menduduki jabatan tertinggi tersebut yaitu predikat sebagai pemimpin.Entah itu sebagai pemimpin Negara, pempimpin Partai, pempimpin masyarakat…….., bahkan pemimpin pada lapisan terendah dalam strata kehidupan bermasayarakat. Semua orang berebut untuk mendapatkannya.

2. Bentuk : Sebagai pemimpin manusia diberikan Allah karunia Bentuk yang indah dibandingkan dengan mahkluk lainnya yang sebagaimana dituangkan dalam kitab suci Nya, “ Sungguh aku telah ciptakan manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Secara fisik manusia adalah makhluk yang dinyatakan Allah sebagai makhluk yang paling baik, manusia dilengkapi oleh akal, dan hati. Dengan akal manusia dapat menentukan dan mengambil sebuah tindakan. Sehingga setiap prilaku dan keputusan yang ambil adalah sadar betul apa yang akan manjadi dampak dari perbuatan atau sikap yang diambil sehingga tidak ada alasan untuk mengelak dari sikap yang telah diputuskan. Hati……, adalah kesempurnaan manusia dimana Allah memberikan hati ( Perasaan ). Hati adalah penyeimbang dari pemikiran manusia dan sekaligus merupakan Control kebenaran yang paling mendasar. Dalam hati yang tertanan sinar kebenaran yang menjadi penerang fikiran manusia untuk melaksanakan fungsinya di jalan Allah. Keberadaan hati dan akal ini adalah motor utama manusia sehingga dapat berjalan seimbang dan normal. Jika seseorang mempunyai fikiran dan tingkat pemikiran yang cerdas, maka dia akan dapat mengambil keputusan sesuai dengan akal dan batas kemapuan akal yang dimiliki. Tentu ini adalah baik, tapi jika pemikiran itu tidak didasarkan pada hati, maka ini adalah suatu kekurangan yang pada akhirnya sulit mencapai tujuan yang di harapkan dengan baik. Untuk itu sebagai pemimpin yang baik, manusia harus senantiasa berjalan di atas hati dan kecerdasan (akal) sehingga kesuksesan dalam kepemimpinan memerikan wujud yang dapat dilihat dan dirasakan oleh alam.

3. Aturan : Adalah Allah yang Maha Adil, Maha Bijaksana didalam mengambil keputusannya menentukan manusia sebagai Khalifah. Manusia dijadikan Allah sebagai pempimpin dibekali dengan aturan yang diberikan melalui ajaran Nya. “ KITAB SUCI “. Kitab suci menjadi dasar acuan kehidupan manusia, disana tercantum bagaimana manusia dapat melakukan fungsi – fungsinya. Bagaimana manusia ber akhlaq terhadap manusia laiinya, bagaimana manusia dapat berbuat terhadap alam ini. Aturan – aturan itu adalah baku yang setiap aturan itu sudah memiliki kepastian hukum di Mata Allah. Tidak ada satu perbuatan pemimpin yang bisa lepas dari pertanggungjawaban di Mata Allah pada akhir kepemimpinan kelak.

“ Barang siapa berbuat kebajikan sekecil biji Dzarrah “ Butiran Kacang Hijau “ tentunya akan mendapatkan balasan disisi Allah ” dan
“ Barang siapa melakukan kejahatan sekecil apapun akan mendapatkan balasan nya jua “

Dengan demikian bahwa tidak ada suatu perbuatan yang sia – sia yang dilakukan manusia di sisi Allah melainkan semua itu ada balasannya. Tentunya jika manusia sadar bahwa hidup ini adalah aturan yang harus untuk ditaati maka ini akan sangat memudahkan manusia didalam menongsong hari – hari dalam kehidupan. Aturan, ini memudahkan manusia sebagai pemimpin untuk dapat melangkah dimana semua ada rule batasan dan garis yang harus ditaati, Sehingga ini akan menjadi acuan akhir dan mendasar dan paling dasar didalam melakukan dan mengambil sikaf dan prilaku. Sehingga kita sadar betul dimana batasan manusia dan kemanusiaannya dan tidak lewati batas Tuhan didalam mengambil suatu tindakan . Pada akhirnya "Semoga kita selaku manusia dapat berbuat lebih baik dengan memanfaatkan kelebihan dan fasilitas yang diberikan allah SWT" Amien.
2.5 PENGERTIAN KEMATIAN

Kematian adalah sebuah fenomena yang ada di dunia ini. Kapan saja dan di mana saja diperlukan, ia harus menjemput manusia untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Dengan jemputan kematian, ruh manusia harus berpisah dengan badannya. Dengan kata lain, kematian adalah jembatan yang harus dilalui oleh manusia untuk menuju dunia lain dari dunia fana ini. Satu masa seseorang hidup bersama kita, namun bila kematian menjemputnya maka ia harus meninggalkan dunia ini dengan tanpa kembali lagi. Kita telah banyak menyaksikan keluarga dan sanak famili kita sendiri telah meninggalkan dunia ini dan tidak kembali.
Namun, mengapa sebagian manusia tidak berpikir bahwa kematian ini akan menjemputnya juga? Padahal, ia sering menyaksikan orang lain yang ajalnya sudah ditentukan telah dijemput oleh kematian? Atau sama sekali ia tidak berpikir kalau kematian satu saat bakal menjemputnya? Meskipun ia mempercayainya, akan tetapi ia merasa takut dan lari dari kematian. Untuk membuka teka-teki ini, penulis ingin mengkaji urgensi kematian menurut al-Quran dan hakikatnya menurut ucapan para Imam Maksum a.s. dan sebab ketakutan manusia dari kematian dan jalan keluarnya serta pengaruh dan manfaat mengingat kematian.
Kematian adalah berpisahnya ruh dari badan. Badan akan rusak secara keseluruhan sementara ruh akan meneruskan kehidupannya yang abadi setelah mengalami perpisahan dengan badan. Allah berfirman dalam ayat-Nya: “Pada hari ketika tiap- tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan (di mukanya), begitu juga (kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba- hamba- Nya”. Bila manusia senantiasa sadar bahwa dunia ini hanya ladang untuk menanam amal kebaikan, dan akhirat adalah tempat untuk hidup abadi, sama sekali ia tidak akan berbuat curang dan penipuan. Imam Ali a.s. dalam hal ini berkata: “orang yang memahami akhir kehidupannya, ia tidak akan berbuat curang dan penipuan.
2.6 KEMATIAN MERUPAKAN SEBUAH KEHARUSAN
Setiap manusia yang menginjakkan kakinya di muka bumi, pasti akan merasakan kematian. Karena kematian adalah sebuah kepastian, di mana tidak seorang pun bisa menghindarinya. Dalam hal ini Allah menjelaskan dengan baik, dalam ayat-ayat-Nya: “Tiap- tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.
Katakanlah:" Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) , yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
“Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar- benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad ), maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal”.

Pada hakikatnya, manusia di dunia ini tidak hidup secara abadi. Pada waktu tertentu ia harus meninggalkan dunia. Manusia tidak mampu menolak kedatangan kematian atas dirinya. Di mana saja ia berada kematian pasti akan menjemputnya. Manusia tidak mungkin lari dari kematian yang mendatanginya.
2.7 KEMATIAN DALAM UCAPAN RASULULLAH SAW.

“Kematian bagiku bagaikan minuman segar di siang hari yang sangat panas”.

“Meninggalnya manusia dari dunia ini bagaikan keluarnya bayi dari kandungan ibunya, di mana ia keluar dari suasana yang gelap, sempit dan tekanan menuju suasana yang terang, luas dan nyaman”.
Imam Husein a.s. mengatakan: “Kematian adalah kebahagiaan yang paling besar yang mendatangi manusia” kemudian beliau melanjutkan: “Kematian adalah pelepas dahaga dan pelepas kesusahan setiap mukmin, sebaliknya bagi orang kafir, kematian adalah perpindahan dari istana menuju penjara”.
Imam Baqir a.s. berkata: “Kematian adalah tidur yang mendatangi kalian setiap malam hanya saja masanya panjang”.
Kematian bagi seorang mukmin adalah kebahagiaan, kesenangan dan ketenangan, di mana manusia dalam hidupnya senantiasa mencari-cari kesenangan dan ketenangan itu sendiri, yang senantiasa dicari-carinya. Kalau Rasulullah memosisikan kematian setara dengan minuman segar, bagaikan bayi yang keluar dari perut ibunya. Kalau para imam memosisikan kematian sebagai ketenangan dan kebahagiaan, karena memang manusia di dunia ini materi pun senantiasa mencari-carinya, apalagi untuk kehidupan yang abadi. Lantas mengapa manusia takut akan kematian? Sebenarnya karena dosa-dosa yang diperbuatnyalah sehingga ia takut mati. Sementara, orang mukmin karena pengetahuannya akan kematian dan hidup setelah mati, ia menyiapkan dirinya dan menyambut kedatangan kematian.



2.8 FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KETAKUTAN MANUSIA AKAN KEMATIAN DAN JALAN KELUARNYA
Ketakutan manusia akan kematian berakar pada kecintaannya akan kehidupan abadi. Manusia yang takut akan kematian bisa dibagi menjadi dua kelompok:
Pertama; manusia yang tidak memiliki keyakinan akan hidup setelah mati dan Hari Kiamat. Mereka berkeyakinan bahwa kehidupan yang ada ini semata-mata kehidupan materi, sehingga kematian yang mereka saksikan adalah sebagai akhir dari kehidupan ini. Dan ia benci dengan kematian, karena dengan kematian hidup dan aktivitas hidupnya terhenti.
Kedua; manusia pemeluk agama-agama ilahi, hanya saja mereka tidak memiliki keyakinan pasti akan keberlangsungan ruh dan kehidupan setelah mati. Oleh karena itu, mereka takut akan kematian.
Berkaitan ketakutan manusia akan kematian, bisa dikaji pada beberapa faktor:

1. Adanya kemungkinan bahwa dengan kematian kemanusiaan dan hidupnya akan tercabut. ini berakar pada tidak adanya keyakinan akan kehidupan setelah mati dan Hari Kiamat. Jalan keluarnya dan cara penyembuhan dari ketakutan ini adalah manusia hendaknya belajar tentang prinsip-prinsip akidah dan menguatkannya dengan argumentasi-argumentasi rasional sehingga ia bisa meyakini bahwa setelah kepergian manusia dari alam yang fana ini, ada dunia lain yang akan dilaluinya.
2. Kecintaan dan ketergantungan yang dahsyat kepada dunia. Kecintaan kepada dunia adalah pemisah antara manusia dengan Tuhannya. Sehingga berpisah dari dunia baginya sangat sulit. Kecintaan kepada dunia berakar pada keyakinannya bahwa dunia adalah tempat tinggal yang hakiki. Jalan keluarnya; perkuat hubungan dengan dirinya dengan kehidupan akhirat dan cintailah Allah dan Rasul serta ahlul baitnya dan jangan semata-mata hidup hanya untuk dunia yang fana ini.
3. Kematian, adalah pemisah antara manusia dengan derajat dan kedudukannya, pemisah antara manusia dengan keluarga dan sanak kerabatnya. Jalan keluarnya; bertafakur tentang kehidupan setelah mati dan ketergantungan kepada mereka tidak ada nilainya.
4. Dengan kematian, seseorang berpikir bahwa keluarganya tidak memiliki pengayom dan mengalami kesulitan. Pemikiran semacam ini berakar dari tidak adanya tawakal kepada Allah bahwa Dia adalah pemberi rezeki makhluk-makhluk-Nya. jalan keluarnya; selain harus bertawakal kepada Allah, hendaknya melihat kenyataan bahwa orang yang sukses menghadapi hidup juga mencakup anak-anak yang sejak kecil ditinggal mati ayahnya, bahkan orang-orang yang hidupnya mewah dan kedua orang tua mereka masih hidup tidak memiliki keberhasilan dalam hidupnya.
5. Tidak memiliki bekal kebaikan, catatan amalnya kosong dari amal kebaikan dan penuh dengan amal kejelekan. Dengan kata lain, ia membangun dunianya dengan baik tetapi merusak akhiratnya. Sehingga dia tidak mau keluar dari tempat yang indah menuju tempat yang porak-poranda. Jalan keluarnya; bertaubat dan beramal saleh. Dalam hal ini Allah berfirman: “Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar* Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang- orang yang lalim”.
Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah! Mengapa saya takut akan kematian? Beliau bertanya: “Apakah kamu punya harta kekayaan?” ia menjawab: “Iya” Rasul bertanya: “Apakah kamu menyiapkan bekal akhiratmu?” ia menjawab: “Tidak!”. Rasulullah menjawab: “Sebab inilah kamu takut mati”.

Dalam sebuah pertemuan dengan Imam Hasan a.s. seseorang bertanya: “Wahai putra Rasulullah! Mengapa kita takut akan kematian?” Beliau menjawab: “karena kalian telah merusak akhirat kalian dan membangun dunia kalian” sebab itulah kalian takut meninggalkan apa yang kalian bangun menuju kehancuran”.
2.9 PENGARUH MENGINGAT KEMATIAN

Ada beberapa pengaruh dalam diri manusia, jika ia mau mengingat kematian:

1. Kemauan hawa nafsunya akan menurun dan padam.

2. Manusia akan bangun dari kelalaian.

3. Hati manusia menjadi kuat dengan janji-janji Allah.

4. Mengurangi selera manusia.

5. Manusia tidak akan rakus.

6. Dunia baginya tidak berarti.

7. Dengan mengingat kematian, seseorang tidak cenderung kepada dunia. Imam Shadiq a.s. dalam hal ini berkata: “perbanyaklah mengingat kematian! Karena tidak ada manusia yang memperbanyak mengingat kematian melainkan orang yang tidak condong kepada dunia.

8. Orang yang banyak mengingat kematian, hatinya akan dihidupkan oleh Allah dan dimudahkan baginya masa-masa sakratulmaut.

2.10 KEMATIAN SEBAGAI NASIHAT

Sebuah hadist menyebutkan, orang yang cerdas adalah orang selalu mngingat kematian. Dengan mengingat kematiana itu, manusia akan mengorientasikan seluruh hidupnya untuk kebaikan. Ketika manusia mengingat kematian, mereka pasti akan menggunakan potensi-potensi dirinya hanya untuk beramal kebaikan. Manusia yang selalu mengingat kematian akan memutus dan menarik garis pembatas dengan segala perbuatan dosa, serta tidak akan pernah berkompromi dengan perbuatan durhaka.
Manusia pasti melalui iring-iringan kematian, mengingat akhir kehidupan yang pasti datang ini, waktu yang sudah Allah Ta’ala takdirkan buat anak Adam, di mana ketika itu, seorang tiran menjadi hina, pendurhaka menunduk lesu, pendosa ingin bertobat, dan orang-orang yang memberontak terhadap kekuasaan Rabbnya menjadi murung dan sedih. Kematian adalah saat yang memilukan. Kematian akan sama-sama dialami oleh para raja, para penguasa, rakyat jelata, atasan dan bawahan, si kaya dan si miskin. Tak ada satupun keturunan anak Adam, yang luput dari peristiwa kematian.
Betapa pun panjang usia, dan betapa asyik masyuknya dengan masa muda, yang sehat dan gagah, manusia tetap akan mengalami saat kematian. Walaupun, manusia memiliki mobil-mobil, gedung-gedung, tinggal di apartemen yang super luk dan mewah, memakai pakaian yang terbuat dari sutera yang halus dan lembut, menikmati berbagai makanan restoran yang serba lezat, saling berkunjung dan banyak mengumbar gelak dan tawa, ketika datang kematian, semuanya itu pasti pupus dan tak berarti apa-apa. Kadang-kadang manusia lupa akan kematian. Karena tenggelam dalam kenikmatan dunia, yang hanya sebentar itu. Kadang-kadang kehidupan dunia membuat manusia terhempas dalam khayalan yang tak ada ujungnya. Mereka terus menerus melanglang mengikuti hawa nafsunya, yang seakan tak berbatas. Manusia ingin mereguk segala kenikmatan dunia. Manusia yang mengejar kenikmatan dunia itu, bagaikan mereka yang mengejar fatamorgana di padang pasir, yang tak pernah mendapatkan kepuasan, dan tak pernah menemukan air yang dapat menghilangkan rasa dahaganya.

2.11 MAKNA KEMATIAN DALAM ISLAM

Allah berfirman :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..." (Al-Anbiya 35)

Setiap makhluk hidup, baik manusia, binatang, jin, malaikat maupun tumbuh-tumbuhan akan mati. Kematian merupakan hal yang paling menakutkan seperti yang pernah diceritakan Rasulullah SAW : "Belum pernah ada ciptaan Allah yang lebih dahsyat dan berat bagi manusia daripada kematian. Dan sesungguhnya kematian itu lebih mudah dibandingkan sesudahnya". Sehubungan dengan masalah kematian ini, Rasulullah telah berwasiat agar kita berlemah lembut dalam menyembelih binatang ternak dan hendaknya dilakukan dengan segera. Sabda beliau:
"Sesungguhnya Allah menulis kebaikan atas segala sesuatu dan jika kamu menyembelih, maka perlakukanlan sembelihanmu dengan baik dan tajamkan pisaunya" (HR Muslim).
Sungguh, bila ajal telah tiba, maka kita akan menemukan berbagai kesulitan yang amat dahsyat. Dan mati yang paling mudah adalah matinya para syuhada.
Sabda Nabi : "Orang yang mati syahid, itu tidak merasa sakit kecuali seperti disengat"(HR Tirmidzi).
Orang kafir akan diazab dua kali : azab jasmani dan rohani. Merakalah orang yang pertama merasakan azab akhirat. Seorang muslim sadar bahwa ia akan mati dan perbuatannya akan dihisab. Karena itu, ia akan mempersiapkan diri dengan amal-amal shaleh dan taubat dari setiap dosa atau kejahatan yang pernah diperbuat. Ia akan menantikan balasan yang akan ia terima di akhirat. Dan ini harus dilalui dengan kematian. Karena itu dikatakan, "Orang yang mempunyai akal sehat akan lapang dada dengan adanya mati, sebaliknya orang yang lalai akan menolaknya". Adapun bagi orang munafiq dan para pelaku dosa, kematian merupakan hal yang paling buruk yang akan ia terima di akhir hidupnya. Jika kematian telah menjemputnya maka segala harta kekayaan serta keluarga yang ia miliki harus ditinggalkan. Ia tidak punya kesempatan lagi untuk bertaubat dari kejahatan yang pernah ia perbuat. Keinginannya untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT pun menjadi sia-sia. Jika seorang muslim meninggal, wajib diurus dan dipercepat penguburannya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan meringankan beban perasaan keluarga si mayit dan orang-orang yang mencintainya. Ketika si mayit ditinggalkan oleh pengantar kuburnya, datanglah dua malaikat menanyakannya, "Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? dan Siapa Nabimu?". Seorang muslim yang mukhlis, akan menjawab, "Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad adalah Nabiku." Setelah itu, dua malaikat tadi (Munkar dan Nakir) mengambil kembali ruhnya dan membawanya ke langit serta menempatkannya pada suatu tempat hingga hari kiamat. Adapun orang kafir, munafiq, orang sombong dan zalim tidak akan dapat menjawab pertanyaan yang tampaknya sederhana itu. Maka kedua malaikat itupun memukul ruhnya dan membenamkannya ke perut bumi hingga sampai dasar api neraka yang panasnya lebih dari 6000 derajat. Ruh itu disiksa sampai hari kiamat. Firman Allah :"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami ini dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta (dapat) masuk ke dalam lubang jarum..." (Al A'raf 40).Rasulullah bersabda :"Tidak pernah aku melihat pemandangan keculai kuburanlah yang paling buruk"(HR Ibnu Majah)
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa kematian bagi seorang mukmin merupakan penempatan awal sebelum penempatannya di akhirat. Oleh karena itu, seorang mukmin harus mempersiapkan diri dan bersikap tenang menghadapi takdir Allah ini. Jika seseorang meninggal, jangan diiringi dengan kesedihan, tetapi diikhlaskan dengan prasangka positif bahwa kehidupan sesudah mati itu lebih baik baginya. Keluarga yang ditinggalkan hendaknya mendo'akan agar ia mendapat ampunan dan kemuliaan Allah sehingga ia masuk ke dalam surga-Nya. Kematian dalam persfektif Islam tidak ubahnya seperti ujian bagi seorang murid. Murid yang ingin lulus, haruslah, mempersiapkan diri dengan amal shaleh, pergaulan yang baik dengan sesama dan tidak berbuat zalim dengan sekelilingnya. Seorang muslim selalu berfikir optimis dan sabar atas segala kemewahan hidup, ia tidak putus asa dan gelisah terhadap kepahitan hidup. Islam melarang perbuatan bunuh diri, sebab nilainya sama dengan kekufuran. Bunuh diri berarti menolak nikmat kehidupan yang telah dianugerahkan Yang Maha Kuasa. Dalam sebuah hadist dikatakan :
"Barangsiapa yang bunuh diri dengan pisau, maka pisaunya akan menikam perutnya di hari kiamat dalam api neraka Jahannam dan ia akan kekal di dalamnya selamanya" (HR Bukhari)
Oleh karena itu terakhir kali Saya ingatkan bahwa segala bentuk kebaikan atau keburukan yang menimpa kita, hendaknya kita menganggapnya sebagai ujian, sampai sejauh mana kita dapat menerapkan nilai-nilai kesabaran dan keadilan dalam tingkah perilaku kita.
"Sesungguhnya aku ciptakan manusia dari setetes air yang hina ( nutfah ), dan kelak akan kutimpakan kepadanya ujian dan cobaan " ( Al-insaan : 2) "Dialah ( Allah ) yang telah menciptakan kehidupan dan kematian, agar kelak akan Allah dapati mana diantara kamu yang paling baik amalannya ". Wallaahu A'lam.
2.12 KEMATIAN MERUPAKAN SUNNATULLAH
“Allah memegang jiwa ketika matinya dan memegang jiwa orang yg belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa orang yg telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yg lain sampai waktu yg ditentukan. Sesungguhnya pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yg mau berfikir.”
Kematian merupakan sunnatullah yg berlaku pada tiap makhluk yang bernyawa. Kematian adl diamnya jiwa dan terpisahnya nyawa dari badan utk kembali kepada Rabbnya. Ia lalu dikuburkan dan itulah terminal awal dari kehidupan akherat yg disebut alam barzah. Kematian tidak akan menjemput manusia sebelum ia sampai pada ajal dan rezeki yg ditentukan Allah untuknya. Itulah yg disebut takdir.
Allah melakukan segala sesutau menurut kehendakNya. Dia mematikan manusia pada kematian agung melalui malaikatNya. Disamping kematian agung ada kematian kecil yaitu ketika manusia sedang tidur hal itu sebagai per-ingatan bagi orang-orang yg berfikir. “Allah memegang jiwa ketika matinya dan memegang jiwa orang yg belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa orang yg telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yg lain sampai waktu yg ditentukan. Sesungguhnya pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yg mau berfikir.”
Dalam shahihain disebutkan Nabi memerintahkan tiap mukmin jika mau tidur agar berdo’a “Dengan namaMu ya Allah aku baringkan tubuhku dan dgn nama-Mu aku bangun Jika Engkau tahan jiwaku maka rahmatilah ia dan jika Engkau melepaskannnya maka jagalah ia seperti Engkau menjaga orang-orang shalih.” Lalu bila bangun agar membaca “Segala puji bagi Allah yg telah menghidupkanku setelah mematikanku dan kepadaNya lah dibangkitkan.” Allah Ta’ala menceritakan apa yg ada dibalik kematian dalam firmanNya
“Dan Dia lah yg menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yg kamu kerjakan pada siang hari kemudian Dia membangunkanmu pada siang hari utk disempurnakan umur yg telah ditentukan lalu kepada Allah lah kamu kembali lantas Dia memberitahukan kepadamu apa yg dahulu kamu kerjakan. Dan Dialah yg mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hambaNya dan diutusNya kepadamu malaikat-malaikat penjaga sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami mereka itu tidak pernah melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah Penguasa mereka yg sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum kepunyaanNya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yg paling cepat.”
Karena itu Allah memerintahkan kita dgn firmanNya “Hai orang-orang yg beriman bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Artinya perbanyaklah amal kebaji-kan selama masih hidup dan bertakwalah selalu kepada Allah sehingga Allah mematikanmu dalam keadaan bertakwa kepadaNya. Karena pada ghalibnya seseorang itu meninggal dalam keadaan yg biasa ia kerjakan ketika hidup. Dan kelak ia akan dibangkitkan sesuai dgn keadaan ketika ia mati.
Kematian adl suatu kejadian di dunia yg paling dahsyat yg pernah terjadi pada diri manusia sesuatu yg menampakkan kemahakuasaan Allah yg mutlak serta menegaskan betapa kerdil dan lemahnya manusia di hadap-anNya. Allah menggambarkan kematian itu dalam fimanNya “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan padahal kamu ketika itu melihat dan kami lbh dekat kepadanya daripada kamu Tetapi kamu tidak melihat maka mengapa jika kamu tidak dikuasai kamu tidak mengembalikan nyawa itu jika kamu adl orang-orang yg benar.”
Orang yg beriman amat bersuka cita dgn kematiannya. Ia bersuka cita sebab akan bertemu Rabbnya. Berbeda dgn orang yg tidak beriman ia sama sekali tidak berdaya menghadapi kematian ia ingin lari dari kematian tetapi kemana? Ayat-ayat di atas juga mengisyaratkan pengertian bahwa dgn kematiannya seseorang telah mengetahui apa yg telah disedia-kan oleh Allah untuknya keni’matankah atau kesengsaraan. Dalam ayat lain Allah menegaskan “Sekali-kali jangan apabila nafas seseorang telah sampai ke kerongkongan dan dikatakan kepada-nya “Siapakah yg dapat menyembuh-kan?” dan dia yakin sesungguhnya itulah waktu perpisahan dan bertaut betis dgn betis . Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.”
Allah memperingatkan umat Islam agar tidak mengikuti orang-orang kafir. Mereka mengira bahwa berpaling dari kebenaran akan memanjangkan umurnya dan dapat menghindarkannya dari maut. Sungguh alangkah sia-sianya mimpi itu.
“Hai orang-orang yg beriman janganlah kamu seperti orang-orang kafir itu yg mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau berperang “Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.” Akibat yg demikian itu Allah menimbulkkan rasa penye-salan yg sangat di hati mereka Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yg kamu kerjakan. Dan sungguh kalau gugur di jalan Allah atau meninggal tentulah ampunan dan rahmat Allah lbh baik daripada harta rampasan yg mereka kumpulkan. Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.”
Dengan ketidak ikutsertaan mereka berperang maka Allah menegaskan bahwa mereka lbh dekat kepada kekufuran daripada kepada keimanan. Kemudian Allah menghinakan mereka dgn ayat-Nya “Orang-orang yg mengatakan kepada para saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang “Sekiranya mereka mengikuti kita tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah “Tolaklah kematian itu dari dirimu jika kamu adl orang-orang yg benar.” Ali Imran 168} Kematian yg ditakutkan orang-orang munafik itu -karena berjihad- justeru bagi kaum mukminin merupakan kabar gembira keni’matan keamanan dan ridha dari Allah Ta’ala bagi mereka.. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yg gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup disisi Rabbnya dgn mendapat rezki mereka dalam keadaan gembira sebab karunia Allah yg diberikan kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yg masih ting-gal di belakang yg belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dgn ni’mat dan karunia yg besar dari Alllah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yg beriman.” Tetapi ayat di atas terkadang disalah tafsirkan oleh sebagian umat. Yakni krn keyakinan mereka bahwa para wali dan syuhada masih hidup maka mereka pun memohon dan meminta ke kuburan-kuburan mereka. Orang-orang itu tidak memahami dan menyadari bahwa yg berhak dimintai pertolongan hanyalah Allah semata tidak yg lain. “Dan orang-orang yg menyeru selain Allah itu tidak menciptakan sesuatu apa pun bahkan mereka dicip-takan. Mereka adl mati tidak hidup dan mereka tidak mengetahui bilakah akan dibangkitkan? Rabb kamu adl Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yg tidak beriman kepada akherat hati mereka mengingkari sedangkan mereka sendiri adl orang-orang yg sombong.”
“Dan siapakah yg lbh sesat daripada orang yg menyembah sembahan-sembahan selain Allah yg tiada dapat mengabulkan nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari do’a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” Setiap jiwa takut kepada kematian -kecuali orang-orang yg benar-benar beriman dan ikhlas-. Allah menyatakan “Katakanlah “Sesungguhnya maut yg kamu lari daripadanya sungguh ia akan menemuimu.” Rasulullah menggariskan kaidah dgn sabdanya “Barangsiapa suka utk bertemu dgn Allah maka Allah akan cinta bertemu dengannya; dan barangsiapa tidak suka bertemu dgn Allah maka Allah tidak suka bertemu dengannya.” Allah membantah angan-angan dan hayalan orang-orang Yahudi dan yg mengikuti jejaknya bahwa mereka akan mendapatkan akherat dgn segala keni’matan yg ada di dalamnya meskipun mereka melakukan berbagai macam dosa kemaksiatan kerusakan serta menyalahi syari’at-syari’at Allah. “Katakanlah “Jika kamu kampung akherat itu khusus untukmu di sisi Allah bukan utk orang lain maka inginilah kemtian jika kamu memang benar. Dan sekali-kali mereka tidak akan meng-ingini kematian itu selama-lamanya krn kesalahan-kesalahan yg telah diperbuat oleh tangan-tangan mereka . Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yg suka berbuat aniaya.” Bantahan angan-angan itu umum utk semua orang apapun jenisnya. ” itu bukanlah menurut angan-anganmu yg kosong dan tidak menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi balasan dgn kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa mengerjakan amal-amal shalih baik laki-laki maupun perempuan sedang ia seorang yg beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tak dianiaya walau sedikitpun.” (An Nisa’ 123-124). Imam Muslim Turmudzi Ahmad dan Nasa’i meriwayatkan dari Abu Hurairah “Aku datang kepada Rasulullah saat beliau sedang membaca firman Allah } sedang bani Adam berkata mana hartaku mana hataku? Padahal tidaklah hartamu itu melainkan apa yg engkau makan sehingga ia binasa atau apa yg engkau pakai sehingga ia usang atau apa yg engkau sede-kahkan sehingga engkau melakukan perintah. Sedang selain itu akan hilang dan engkau tinggalkan buat manusia.” Maka sebaik-baik manusia adl yg mengambil perkara duniawinya sesuai kebutuhannya tidak berlebihan dan tidak pula meninggalkannya sama sekali. Lalu menjadikan semua hidupnya utk mengerjakan berbagai amal keba-jikan sebagi bekal dalam kehidupannya di akherat kelak.




2.13 DATANGNYA KEMATIAN MENURUT AL - QUR’AN
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:)
4. Kematian datang secara tiba-tiba. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34).
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut. Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi). Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW . Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”. Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.” Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim
Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu. Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras. Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93). Yaitu orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29). Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu. Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, yaitu surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. yaitu orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32). Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-showab.
Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
2.14 KEMATIAN DARI SEGI NEGATIF
Kemungkianan kematian sebagai pemberhentian dinamik perkembangan itu harus ditemukan di dalam struktur manusia sendiri. Kematian itu tidak dapat menumpu pada kesatuan jiwa-badan sebab jiwa-badan itu sejajar, dan tidak adayang lebih rendah atau lemah dari yang lainnya. Menjelang Kematian : Fakta Induk dan Sekunder. Pada akhir hidup manusia lama-kelamaan keluasan dan kepadatan ‘aku’ fenomenal yang baru mulai berkurang. Menjelang Kematian:Empat Taraf. Baik fakta induk maupun fakta-fakta sekunder tetap memuat empat taraf. Dalam proses pengurangan dengan sendirinya semua fenomen fisis, biotis, psikis dank has-human itu ikut berkurang dan merosot. Sejauh fenomenal taraf lebih tinggi, terutama taraf kesadaran, makin tenggelam dan menjadi kubur di dalam dan ‘di-belakang’ taraf-taraf lebih rendah(fisis-biotis).
2.15 KEMATIAN DARI SEGI POSITIF
• Kristalisasi
Pada saat kematian itu manusia berhenti perkembangannya. ‘aku’ induk atau fakta induk mencapai titik kristalisasi atau pembuatanyang definitif. Kematian itu merupakan titik penutup bagi seluruh hidupnya, dan mengumpulkan segala-galanya. Kristalisasi itu bukan hanya memuat fakta induk, melainkan fakta induk sejauh menjadi real oleh karena endapan semua fakta sekunderyang lampau.
• Rohani-Jasmani
Seluruh manusia mencapai titik kristalisasi ini; bukan hanya jiwa, melainkan juga badan itu abadi (immortal). Beban induk manusiawi pun tidak dapat musnah lagi dan tidak menghilang. Kristalisasi manusia secara hakikijuga bersifat badaniah, dan tidak mungkin terjadi lepas dari badan.

2.1 PENGERTIAN MANUSIA MENURUT AL – QUR’AN

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa: Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet. Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14. Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses. Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dan tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu. Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi, biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah. Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.

Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.

Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.

Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?.
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.

Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).

2.2 DEFINISI MANUSIA MENURUT AL - TOUMY AL - SYABANI

  1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
  2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
  3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
  4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
  5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
  6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
  7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
  8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.

2.3 MANUSIA SEBAGAI KHALIFATULLAH

Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.

Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.

Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.

Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.

Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?

Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:

Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.

Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”

Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.

Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.

Makna sederhana dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:

Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.

“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”

Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.

Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang paling banyak dilakukan dalam keseharian kita. Dalam kondisi tertentu, ibadah ghairu mahdhah harus didahulukan daripada ibadah mahdhah. Nabi mengatakan, jika kita akan shalat, sedangkan di depan kita sudah tersedia makanan, maka dahulukanlah untuk makan, kemudian barulah melakukan shalat. Hal ini dapat kita pahami, bahwa jika makanan sudah tersedia, lalu kita mendahulukan shalat, maka dikhawatirkan shalat yang kita lakukan tersebut menjadi tidak khusyu’, karena ketika shalat tersebut kita selalu mengingat makanan yang sudah tersedia tersebut, apalagi perut kita memang sedang lapar.

2.4 BEBERAPA HAL YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA MANUSIA

1. Jabatan : Adalah karunia Tuhan yang sangat besar bagi manusia dimana setiap insan yang dilahirkan ke muka bumi ini sudah mendapatkan gelar pemimpin. Deklarasi Allah ini, tentu mengapa ini dikatakan anugrah Allah yang sangat besar, ……., Alam yang begitu luas dengan ribuan mahkluk bahkan ribuan – ribuan ribu juta jutaan mahkhluk yang ada di dalamnya menjadi kewajiban manusia untuk melakukan fungsi kepemimpinannya, sehingga menjadi pembawa keberkahan, rahmat dan Manfaat bagi seluruh makhluk yang ada. Meski pada kenyataanya terjadi hal sebaliknya. Dapat kita lihat dimasa sekarang ini, disemua lini kehidupan orang selalu ingin menduduki jabatan tertinggi tersebut yaitu predikat sebagai pemimpin.Entah itu sebagai pemimpin Negara, pempimpin Partai, pempimpin masyarakat…….., bahkan pemimpin pada lapisan terendah dalam strata kehidupan bermasayarakat. Semua orang berebut untuk mendapatkannya.

2. Bentuk : Sebagai pemimpin manusia diberikan Allah karunia Bentuk yang indah dibandingkan dengan mahkluk lainnya yang sebagaimana dituangkan dalam kitab suci Nya, “ Sungguh aku telah ciptakan manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Secara fisik manusia adalah makhluk yang dinyatakan Allah sebagai makhluk yang paling baik, manusia dilengkapi oleh akal, dan hati. Dengan akal manusia dapat menentukan dan mengambil sebuah tindakan. Sehingga setiap prilaku dan keputusan yang ambil adalah sadar betul apa yang akan manjadi dampak dari perbuatan atau sikap yang diambil sehingga tidak ada alasan untuk mengelak dari sikap yang telah diputuskan. Hati……, adalah kesempurnaan manusia dimana Allah memberikan hati ( Perasaan ). Hati adalah penyeimbang dari pemikiran manusia dan sekaligus merupakan Control kebenaran yang paling mendasar. Dalam hati yang tertanan sinar kebenaran yang menjadi penerang fikiran manusia untuk melaksanakan fungsinya di jalan Allah. Keberadaan hati dan akal ini adalah motor utama manusia sehingga dapat berjalan seimbang dan normal. Jika seseorang mempunyai fikiran dan tingkat pemikiran yang cerdas, maka dia akan dapat mengambil keputusan sesuai dengan akal dan batas kemapuan akal yang dimiliki. Tentu ini adalah baik, tapi jika pemikiran itu tidak didasarkan pada hati, maka ini adalah suatu kekurangan yang pada akhirnya sulit mencapai tujuan yang di harapkan dengan baik. Untuk itu sebagai pemimpin yang baik, manusia harus senantiasa berjalan di atas hati dan kecerdasan (akal) sehingga kesuksesan dalam kepemimpinan memerikan wujud yang dapat dilihat dan dirasakan oleh alam.

3. Aturan : Adalah Allah yang Maha Adil, Maha Bijaksana didalam mengambil keputusannya menentukan manusia sebagai Khalifah. Manusia dijadikan Allah sebagai pempimpin dibekali dengan aturan yang diberikan melalui ajaran Nya. “ KITAB SUCI “. Kitab suci menjadi dasar acuan kehidupan manusia, disana tercantum bagaimana manusia dapat melakukan fungsi – fungsinya. Bagaimana manusia ber akhlaq terhadap manusia laiinya, bagaimana manusia dapat berbuat terhadap alam ini. Aturan – aturan itu adalah baku yang setiap aturan itu sudah memiliki kepastian hukum di Mata Allah. Tidak ada satu perbuatan pemimpin yang bisa lepas dari pertanggungjawaban di Mata Allah pada akhir kepemimpinan kelak.

Barang siapa berbuat kebajikan sekecil biji Dzarrah “ Butiran Kacang Hijau “ tentunya akan mendapatkan balasan disisi Allah ” dan
Barang siapa melakukan kejahatan sekecil apapun akan mendapatkan balasan nya jua

Dengan demikian bahwa tidak ada suatu perbuatan yang sia – sia yang dilakukan manusia di sisi Allah melainkan semua itu ada balasannya. Tentunya jika manusia sadar bahwa hidup ini adalah aturan yang harus untuk ditaati maka ini akan sangat memudahkan manusia didalam menongsong hari – hari dalam kehidupan. Aturan, ini memudahkan manusia sebagai pemimpin untuk dapat melangkah dimana semua ada rule batasan dan garis yang harus ditaati, Sehingga ini akan menjadi acuan akhir dan mendasar dan paling dasar didalam melakukan dan mengambil sikaf dan prilaku. Sehingga kita sadar betul dimana batasan manusia dan kemanusiaannya dan tidak lewati batas Tuhan didalam mengambil suatu tindakan . Pada akhirnya "Semoga kita selaku manusia dapat berbuat lebih baik dengan memanfaatkan kelebihan dan fasilitas yang diberikan allah SWT" Amien.

2.5 PENGERTIAN KEMATIAN

Kematian adalah sebuah fenomena yang ada di dunia ini. Kapan saja dan di mana saja diperlukan, ia harus menjemput manusia untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Dengan jemputan kematian, ruh manusia harus berpisah dengan badannya. Dengan kata lain, kematian adalah jembatan yang harus dilalui oleh manusia untuk menuju dunia lain dari dunia fana ini. Satu masa seseorang hidup bersama kita, namun bila kematian menjemputnya maka ia harus meninggalkan dunia ini dengan tanpa kembali lagi. Kita telah banyak menyaksikan keluarga dan sanak famili kita sendiri telah meninggalkan dunia ini dan tidak kembali.

Namun, mengapa sebagian manusia tidak berpikir bahwa kematian ini akan menjemputnya juga? Padahal, ia sering menyaksikan orang lain yang ajalnya sudah ditentukan telah dijemput oleh kematian? Atau sama sekali ia tidak berpikir kalau kematian satu saat bakal menjemputnya? Meskipun ia mempercayainya, akan tetapi ia merasa takut dan lari dari kematian. Untuk membuka teka-teki ini, penulis ingin mengkaji urgensi kematian menurut al-Quran dan hakikatnya menurut ucapan para Imam Maksum a.s. dan sebab ketakutan manusia dari kematian dan jalan keluarnya serta pengaruh dan manfaat mengingat kematian.

Kematian adalah berpisahnya ruh dari badan. Badan akan rusak secara keseluruhan sementara ruh akan meneruskan kehidupannya yang abadi setelah mengalami perpisahan dengan badan. Allah berfirman dalam ayat-Nya: “Pada hari ketika tiap- tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan (di mukanya), begitu juga (kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba- hamba- Nya”. Bila manusia senantiasa sadar bahwa dunia ini hanya ladang untuk menanam amal kebaikan, dan akhirat adalah tempat untuk hidup abadi, sama sekali ia tidak akan berbuat curang dan penipuan. Imam Ali a.s. dalam hal ini berkata: “orang yang memahami akhir kehidupannya, ia tidak akan berbuat curang dan penipuan.

2.6 KEMATIAN MERUPAKAN SEBUAH KEHARUSAN

Setiap manusia yang menginjakkan kakinya di muka bumi, pasti akan merasakan kematian. Karena kematian adalah sebuah kepastian, di mana tidak seorang pun bisa menghindarinya. Dalam hal ini Allah menjelaskan dengan baik, dalam ayat-ayat-Nya: “Tiap- tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.

Katakanlah:" Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) , yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

“Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar- benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.

“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad ), maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal”.

Pada hakikatnya, manusia di dunia ini tidak hidup secara abadi. Pada waktu tertentu ia harus meninggalkan dunia. Manusia tidak mampu menolak kedatangan kematian atas dirinya. Di mana saja ia berada kematian pasti akan menjemputnya. Manusia tidak mungkin lari dari kematian yang mendatanginya.

2.7 KEMATIAN DALAM UCAPAN RASULULLAH SAW.

“Kematian bagiku bagaikan minuman segar di siang hari yang sangat panas”.

“Meninggalnya manusia dari dunia ini bagaikan keluarnya bayi dari kandungan ibunya, di mana ia keluar dari suasana yang gelap, sempit dan tekanan menuju suasana yang terang, luas dan nyaman”.

Imam Husein a.s. mengatakan: “Kematian adalah kebahagiaan yang paling besar yang mendatangi manusia” kemudian beliau melanjutkan: “Kematian adalah pelepas dahaga dan pelepas kesusahan setiap mukmin, sebaliknya bagi orang kafir, kematian adalah perpindahan dari istana menuju penjara”.

Imam Baqir a.s. berkata: “Kematian adalah tidur yang mendatangi kalian setiap malam hanya saja masanya panjang”.

Kematian bagi seorang mukmin adalah kebahagiaan, kesenangan dan ketenangan, di mana manusia dalam hidupnya senantiasa mencari-cari kesenangan dan ketenangan itu sendiri, yang senantiasa dicari-carinya. Kalau Rasulullah memosisikan kematian setara dengan minuman segar, bagaikan bayi yang keluar dari perut ibunya. Kalau para imam memosisikan kematian sebagai ketenangan dan kebahagiaan, karena memang manusia di dunia ini materi pun senantiasa mencari-carinya, apalagi untuk kehidupan yang abadi. Lantas mengapa manusia takut akan kematian? Sebenarnya karena dosa-dosa yang diperbuatnyalah sehingga ia takut mati. Sementara, orang mukmin karena pengetahuannya akan kematian dan hidup setelah mati, ia menyiapkan dirinya dan menyambut kedatangan kematian.

2.8 FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KETAKUTAN MANUSIA AKAN KEMATIAN DAN JALAN KELUARNYA

Ketakutan manusia akan kematian berakar pada kecintaannya akan kehidupan abadi. Manusia yang takut akan kematian bisa dibagi menjadi dua kelompok:

Pertama; manusia yang tidak memiliki keyakinan akan hidup setelah mati dan Hari Kiamat. Mereka berkeyakinan bahwa kehidupan yang ada ini semata-mata kehidupan materi, sehingga kematian yang mereka saksikan adalah sebagai akhir dari kehidupan ini. Dan ia benci dengan kematian, karena dengan kematian hidup dan aktivitas hidupnya terhenti.

Kedua; manusia pemeluk agama-agama ilahi, hanya saja mereka tidak memiliki keyakinan pasti akan keberlangsungan ruh dan kehidupan setelah mati. Oleh karena itu, mereka takut akan kematian.

Berkaitan ketakutan manusia akan kematian, bisa dikaji pada beberapa faktor:

1. Adanya kemungkinan bahwa dengan kematian kemanusiaan dan hidupnya akan tercabut. ini berakar pada tidak adanya keyakinan akan kehidupan setelah mati dan Hari Kiamat. Jalan keluarnya dan cara penyembuhan dari ketakutan ini adalah manusia hendaknya belajar tentang prinsip-prinsip akidah dan menguatkannya dengan argumentasi-argumentasi rasional sehingga ia bisa meyakini bahwa setelah kepergian manusia dari alam yang fana ini, ada dunia lain yang akan dilaluinya.

2. Kecintaan dan ketergantungan yang dahsyat kepada dunia. Kecintaan kepada dunia adalah pemisah antara manusia dengan Tuhannya. Sehingga berpisah dari dunia baginya sangat sulit. Kecintaan kepada dunia berakar pada keyakinannya bahwa dunia adalah tempat tinggal yang hakiki. Jalan keluarnya; perkuat hubungan dengan dirinya dengan kehidupan akhirat dan cintailah Allah dan Rasul serta ahlul baitnya dan jangan semata-mata hidup hanya untuk dunia yang fana ini.

3. Kematian, adalah pemisah antara manusia dengan derajat dan kedudukannya, pemisah antara manusia dengan keluarga dan sanak kerabatnya. Jalan keluarnya; bertafakur tentang kehidupan setelah mati dan ketergantungan kepada mereka tidak ada nilainya.

4. Dengan kematian, seseorang berpikir bahwa keluarganya tidak memiliki pengayom dan mengalami kesulitan. Pemikiran semacam ini berakar dari tidak adanya tawakal kepada Allah bahwa Dia adalah pemberi rezeki makhluk-makhluk-Nya. jalan keluarnya; selain harus bertawakal kepada Allah, hendaknya melihat kenyataan bahwa orang yang sukses menghadapi hidup juga mencakup anak-anak yang sejak kecil ditinggal mati ayahnya, bahkan orang-orang yang hidupnya mewah dan kedua orang tua mereka masih hidup tidak memiliki keberhasilan dalam hidupnya.

5. Tidak memiliki bekal kebaikan, catatan amalnya kosong dari amal kebaikan dan penuh dengan amal kejelekan. Dengan kata lain, ia membangun dunianya dengan baik tetapi merusak akhiratnya. Sehingga dia tidak mau keluar dari tempat yang indah menuju tempat yang porak-poranda. Jalan keluarnya; bertaubat dan beramal saleh. Dalam hal ini Allah berfirman: “Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar* Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang- orang yang lalim”.

Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah! Mengapa saya takut akan kematian? Beliau bertanya: “Apakah kamu punya harta kekayaan?” ia menjawab: “Iya” Rasul bertanya: “Apakah kamu menyiapkan bekal akhiratmu?” ia menjawab: “Tidak!”. Rasulullah menjawab: “Sebab inilah kamu takut mati”.

Dalam sebuah pertemuan dengan Imam Hasan a.s. seseorang bertanya: “Wahai putra Rasulullah! Mengapa kita takut akan kematian?” Beliau menjawab: “karena kalian telah merusak akhirat kalian dan membangun dunia kalian” sebab itulah kalian takut meninggalkan apa yang kalian bangun menuju kehancuran”.

2.9 PENGARUH MENGINGAT KEMATIAN

Ada beberapa pengaruh dalam diri manusia, jika ia mau mengingat kematian:

1. Kemauan hawa nafsunya akan menurun dan padam.

2. Manusia akan bangun dari kelalaian.

3. Hati manusia menjadi kuat dengan janji-janji Allah.

4. Mengurangi selera manusia.

5. Manusia tidak akan rakus.

6. Dunia baginya tidak berarti.

7. Dengan mengingat kematian, seseorang tidak cenderung kepada dunia. Imam Shadiq a.s. dalam hal ini berkata: “perbanyaklah mengingat kematian! Karena tidak ada manusia yang memperbanyak mengingat kematian melainkan orang yang tidak condong kepada dunia.

8. Orang yang banyak mengingat kematian, hatinya akan dihidupkan oleh Allah dan dimudahkan baginya masa-masa sakratulmaut.

2.10 KEMATIAN SEBAGAI NASIHAT

Sebuah hadist menyebutkan, orang yang cerdas adalah orang selalu mngingat kematian. Dengan mengingat kematiana itu, manusia akan mengorientasikan seluruh hidupnya untuk kebaikan. Ketika manusia mengingat kematian, mereka pasti akan menggunakan potensi-potensi dirinya hanya untuk beramal kebaikan. Manusia yang selalu mengingat kematian akan memutus dan menarik garis pembatas dengan segala perbuatan dosa, serta tidak akan pernah berkompromi dengan perbuatan durhaka.

Manusia pasti melalui iring-iringan kematian, mengingat akhir kehidupan yang pasti datang ini, waktu yang sudah Allah Ta’ala takdirkan buat anak Adam, di mana ketika itu, seorang tiran menjadi hina, pendurhaka menunduk lesu, pendosa ingin bertobat, dan orang-orang yang memberontak terhadap kekuasaan Rabbnya menjadi murung dan sedih. Kematian adalah saat yang memilukan. Kematian akan sama-sama dialami oleh para raja, para penguasa, rakyat jelata, atasan dan bawahan, si kaya dan si miskin. Tak ada satupun keturunan anak Adam, yang luput dari peristiwa kematian.

Betapa pun panjang usia, dan betapa asyik masyuknya dengan masa muda, yang sehat dan gagah, manusia tetap akan mengalami saat kematian. Walaupun, manusia memiliki mobil-mobil, gedung-gedung, tinggal di apartemen yang super luk dan mewah, memakai pakaian yang terbuat dari sutera yang halus dan lembut, menikmati berbagai makanan restoran yang serba lezat, saling berkunjung dan banyak mengumbar gelak dan tawa, ketika datang kematian, semuanya itu pasti pupus dan tak berarti apa-apa. Kadang-kadang manusia lupa akan kematian. Karena tenggelam dalam kenikmatan dunia, yang hanya sebentar itu. Kadang-kadang kehidupan dunia membuat manusia terhempas dalam khayalan yang tak ada ujungnya. Mereka terus menerus melanglang mengikuti hawa nafsunya, yang seakan tak berbatas. Manusia ingin mereguk segala kenikmatan dunia. Manusia yang mengejar kenikmatan dunia itu, bagaikan mereka yang mengejar fatamorgana di padang pasir, yang tak pernah mendapatkan kepuasan, dan tak pernah menemukan air yang dapat menghilangkan rasa dahaganya.

2.11 MAKNA KEMATIAN DALAM ISLAM

Allah berfirman :

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..." (Al-Anbiya 35)

Setiap makhluk hidup, baik manusia, binatang, jin, malaikat maupun tumbuh-tumbuhan akan mati. Kematian merupakan hal yang paling menakutkan seperti yang pernah diceritakan Rasulullah SAW : "Belum pernah ada ciptaan Allah yang lebih dahsyat dan berat bagi manusia daripada kematian. Dan sesungguhnya kematian itu lebih mudah dibandingkan sesudahnya". Sehubungan dengan masalah kematian ini, Rasulullah telah berwasiat agar kita berlemah lembut dalam menyembelih binatang ternak dan hendaknya dilakukan dengan segera. Sabda beliau:
"Sesungguhnya Allah menulis kebaikan atas segala sesuatu dan jika kamu menyembelih, maka perlakukanlan sembelihanmu dengan baik dan tajamkan pisaunya" (HR Muslim).

Sungguh, bila ajal telah tiba, maka kita akan menemukan berbagai kesulitan yang amat dahsyat. Dan mati yang paling mudah adalah matinya para syuhada.
Sabda Nabi : "Orang yang mati syahid, itu tidak merasa sakit kecuali seperti disengat"(HR Tirmidzi).

Orang kafir akan diazab dua kali : azab jasmani dan rohani. Merakalah orang yang pertama merasakan azab akhirat. Seorang muslim sadar bahwa ia akan mati dan perbuatannya akan dihisab. Karena itu, ia akan mempersiapkan diri dengan amal-amal shaleh dan taubat dari setiap dosa atau kejahatan yang pernah diperbuat. Ia akan menantikan balasan yang akan ia terima di akhirat. Dan ini harus dilalui dengan kematian. Karena itu dikatakan, "Orang yang mempunyai akal sehat akan lapang dada dengan adanya mati, sebaliknya orang yang lalai akan menolaknya". Adapun bagi orang munafiq dan para pelaku dosa, kematian merupakan hal yang paling buruk yang akan ia terima di akhir hidupnya. Jika kematian telah menjemputnya maka segala harta kekayaan serta keluarga yang ia miliki harus ditinggalkan. Ia tidak punya kesempatan lagi untuk bertaubat dari kejahatan yang pernah ia perbuat. Keinginannya untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT pun menjadi sia-sia. Jika seorang muslim meninggal, wajib diurus dan dipercepat penguburannya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan meringankan beban perasaan keluarga si mayit dan orang-orang yang mencintainya. Ketika si mayit ditinggalkan oleh pengantar kuburnya, datanglah dua malaikat menanyakannya, "Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? dan Siapa Nabimu?". Seorang muslim yang mukhlis, akan menjawab, "Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad adalah Nabiku." Setelah itu, dua malaikat tadi (Munkar dan Nakir) mengambil kembali ruhnya dan membawanya ke langit serta menempatkannya pada suatu tempat hingga hari kiamat. Adapun orang kafir, munafiq, orang sombong dan zalim tidak akan dapat menjawab pertanyaan yang tampaknya sederhana itu. Maka kedua malaikat itupun memukul ruhnya dan membenamkannya ke perut bumi hingga sampai dasar api neraka yang panasnya lebih dari 6000 derajat. Ruh itu disiksa sampai hari kiamat. Firman Allah :"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami ini dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta (dapat) masuk ke dalam lubang jarum..." (Al A'raf 40).Rasulullah bersabda :"Tidak pernah aku melihat pemandangan keculai kuburanlah yang paling buruk"(HR Ibnu Majah)

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa kematian bagi seorang mukmin merupakan penempatan awal sebelum penempatannya di akhirat. Oleh karena itu, seorang mukmin harus mempersiapkan diri dan bersikap tenang menghadapi takdir Allah ini. Jika seseorang meninggal, jangan diiringi dengan kesedihan, tetapi diikhlaskan dengan prasangka positif bahwa kehidupan sesudah mati itu lebih baik baginya. Keluarga yang ditinggalkan hendaknya mendo'akan agar ia mendapat ampunan dan kemuliaan Allah sehingga ia masuk ke dalam surga-Nya. Kematian dalam persfektif Islam tidak ubahnya seperti ujian bagi seorang murid. Murid yang ingin lulus, haruslah, mempersiapkan diri dengan amal shaleh, pergaulan yang baik dengan sesama dan tidak berbuat zalim dengan sekelilingnya. Seorang muslim selalu berfikir optimis dan sabar atas segala kemewahan hidup, ia tidak putus asa dan gelisah terhadap kepahitan hidup. Islam melarang perbuatan bunuh diri, sebab nilainya sama dengan kekufuran. Bunuh diri berarti menolak nikmat kehidupan yang telah dianugerahkan Yang Maha Kuasa. Dalam sebuah hadist dikatakan :

"Barangsiapa yang bunuh diri dengan pisau, maka pisaunya akan menikam perutnya di hari kiamat dalam api neraka Jahannam dan ia akan kekal di dalamnya selamanya" (HR Bukhari)

Oleh karena itu terakhir kali Saya ingatkan bahwa segala bentuk kebaikan atau keburukan yang menimpa kita, hendaknya kita menganggapnya sebagai ujian, sampai sejauh mana kita dapat menerapkan nilai-nilai kesabaran dan keadilan dalam tingkah perilaku kita.

"Sesungguhnya aku ciptakan manusia dari setetes air yang hina ( nutfah ), dan kelak akan kutimpakan kepadanya ujian dan cobaan " ( Al-insaan : 2) "Dialah ( Allah ) yang telah menciptakan kehidupan dan kematian, agar kelak akan Allah dapati mana diantara kamu yang paling baik amalannya ". Wallaahu A'lam.

2.12 KEMATIAN MERUPAKAN SUNNATULLAH

“Allah memegang jiwa ketika matinya dan memegang jiwa orang yg belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa orang yg telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yg lain sampai waktu yg ditentukan. Sesungguhnya pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yg mau berfikir.”

Kematian merupakan sunnatullah yg berlaku pada tiap makhluk yang bernyawa. Kematian adl diamnya jiwa dan terpisahnya nyawa dari badan utk kembali kepada Rabbnya. Ia lalu dikuburkan dan itulah terminal awal dari kehidupan akherat yg disebut alam barzah. Kematian tidak akan menjemput manusia sebelum ia sampai pada ajal dan rezeki yg ditentukan Allah untuknya. Itulah yg disebut takdir.

Allah melakukan segala sesutau menurut kehendakNya. Dia mematikan manusia pada kematian agung melalui malaikatNya. Disamping kematian agung ada kematian kecil yaitu ketika manusia sedang tidur hal itu sebagai per-ingatan bagi orang-orang yg berfikir. “Allah memegang jiwa ketika matinya dan memegang jiwa orang yg belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa orang yg telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yg lain sampai waktu yg ditentukan. Sesungguhnya pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yg mau berfikir.”

Dalam shahihain disebutkan Nabi memerintahkan tiap mukmin jika mau tidur agar berdo’a “Dengan namaMu ya Allah aku baringkan tubuhku dan dgn nama-Mu aku bangun Jika Engkau tahan jiwaku maka rahmatilah ia dan jika Engkau melepaskannnya maka jagalah ia seperti Engkau menjaga orang-orang shalih.” Lalu bila bangun agar membaca “Segala puji bagi Allah yg telah menghidupkanku setelah mematikanku dan kepadaNya lah dibangkitkan.” Allah Ta’ala menceritakan apa yg ada dibalik kematian dalam firmanNya

“Dan Dia lah yg menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yg kamu kerjakan pada siang hari kemudian Dia membangunkanmu pada siang hari utk disempurnakan umur yg telah ditentukan lalu kepada Allah lah kamu kembali lantas Dia memberitahukan kepadamu apa yg dahulu kamu kerjakan. Dan Dialah yg mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hambaNya dan diutusNya kepadamu malaikat-malaikat penjaga sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami mereka itu tidak pernah melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah Penguasa mereka yg sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum kepunyaanNya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yg paling cepat.”

Karena itu Allah memerintahkan kita dgn firmanNya “Hai orang-orang yg beriman bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Artinya perbanyaklah amal kebaji-kan selama masih hidup dan bertakwalah selalu kepada Allah sehingga Allah mematikanmu dalam keadaan bertakwa kepadaNya. Karena pada ghalibnya seseorang itu meninggal dalam keadaan yg biasa ia kerjakan ketika hidup. Dan kelak ia akan dibangkitkan sesuai dgn keadaan ketika ia mati.

Kematian adl suatu kejadian di dunia yg paling dahsyat yg pernah terjadi pada diri manusia sesuatu yg menampakkan kemahakuasaan Allah yg mutlak serta menegaskan betapa kerdil dan lemahnya manusia di hadap-anNya. Allah menggambarkan kematian itu dalam fimanNya “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan padahal kamu ketika itu melihat dan kami lbh dekat kepadanya daripada kamu Tetapi kamu tidak melihat maka mengapa jika kamu tidak dikuasai kamu tidak mengembalikan nyawa itu jika kamu adl orang-orang yg benar.”

Orang yg beriman amat bersuka cita dgn kematiannya. Ia bersuka cita sebab akan bertemu Rabbnya. Berbeda dgn orang yg tidak beriman ia sama sekali tidak berdaya menghadapi kematian ia ingin lari dari kematian tetapi kemana? Ayat-ayat di atas juga mengisyaratkan pengertian bahwa dgn kematiannya seseorang telah mengetahui apa yg telah disedia-kan oleh Allah untuknya keni’matankah atau kesengsaraan. Dalam ayat lain Allah menegaskan “Sekali-kali jangan apabila nafas seseorang telah sampai ke kerongkongan dan dikatakan kepada-nya “Siapakah yg dapat menyembuh-kan?” dan dia yakin sesungguhnya itulah waktu perpisahan dan bertaut betis dgn betis . Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.”

Allah memperingatkan umat Islam agar tidak mengikuti orang-orang kafir. Mereka mengira bahwa berpaling dari kebenaran akan memanjangkan umurnya dan dapat menghindarkannya dari maut. Sungguh alangkah sia-sianya mimpi itu.

“Hai orang-orang yg beriman janganlah kamu seperti orang-orang kafir itu yg mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau berperang “Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.” Akibat yg demikian itu Allah menimbulkkan rasa penye-salan yg sangat di hati mereka Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yg kamu kerjakan. Dan sungguh kalau gugur di jalan Allah atau meninggal tentulah ampunan dan rahmat Allah lbh baik daripada harta rampasan yg mereka kumpulkan. Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.”

Dengan ketidak ikutsertaan mereka berperang maka Allah menegaskan bahwa mereka lbh dekat kepada kekufuran daripada kepada keimanan. Kemudian Allah menghinakan mereka dgn ayat-Nya “Orang-orang yg mengatakan kepada para saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang “Sekiranya mereka mengikuti kita tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah “Tolaklah kematian itu dari dirimu jika kamu adl orang-orang yg benar.” Ali Imran 168} Kematian yg ditakutkan orang-orang munafik itu -karena berjihad- justeru bagi kaum mukminin merupakan kabar gembira keni’matan keamanan dan ridha dari Allah Ta’ala bagi mereka.. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yg gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup disisi Rabbnya dgn mendapat rezki mereka dalam keadaan gembira sebab karunia Allah yg diberikan kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yg masih ting-gal di belakang yg belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dgn ni’mat dan karunia yg besar dari Alllah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yg beriman.” Tetapi ayat di atas terkadang disalah tafsirkan oleh sebagian umat. Yakni krn keyakinan mereka bahwa para wali dan syuhada masih hidup maka mereka pun memohon dan meminta ke kuburan-kuburan mereka. Orang-orang itu tidak memahami dan menyadari bahwa yg berhak dimintai pertolongan hanyalah Allah semata tidak yg lain. “Dan orang-orang yg menyeru selain Allah itu tidak menciptakan sesuatu apa pun bahkan mereka dicip-takan. Mereka adl mati tidak hidup dan mereka tidak mengetahui bilakah akan dibangkitkan? Rabb kamu adl Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yg tidak beriman kepada akherat hati mereka mengingkari sedangkan mereka sendiri adl orang-orang yg sombong.”

“Dan siapakah yg lbh sesat daripada orang yg menyembah sembahan-sembahan selain Allah yg tiada dapat mengabulkan nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari do’a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” Setiap jiwa takut kepada kematian -kecuali orang-orang yg benar-benar beriman dan ikhlas-. Allah menyatakan “Katakanlah “Sesungguhnya maut yg kamu lari daripadanya sungguh ia akan menemuimu.” Rasulullah menggariskan kaidah dgn sabdanya “Barangsiapa suka utk bertemu dgn Allah maka Allah akan cinta bertemu dengannya; dan barangsiapa tidak suka bertemu dgn Allah maka Allah tidak suka bertemu dengannya.” Allah membantah angan-angan dan hayalan orang-orang Yahudi dan yg mengikuti jejaknya bahwa mereka akan mendapatkan akherat dgn segala keni’matan yg ada di dalamnya meskipun mereka melakukan berbagai macam dosa kemaksiatan kerusakan serta menyalahi syari’at-syari’at Allah. “Katakanlah “Jika kamu kampung akherat itu khusus untukmu di sisi Allah bukan utk orang lain maka inginilah kemtian jika kamu memang benar. Dan sekali-kali mereka tidak akan meng-ingini kematian itu selama-lamanya krn kesalahan-kesalahan yg telah diperbuat oleh tangan-tangan mereka . Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yg suka berbuat aniaya.” Bantahan angan-angan itu umum utk semua orang apapun jenisnya. ” itu bukanlah menurut angan-anganmu yg kosong dan tidak menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi balasan dgn kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa mengerjakan amal-amal shalih baik laki-laki maupun perempuan sedang ia seorang yg beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tak dianiaya walau sedikitpun.” (An Nisa’ 123-124). Imam Muslim Turmudzi Ahmad dan Nasa’i meriwayatkan dari Abu Hurairah “Aku datang kepada Rasulullah saat beliau sedang membaca firman Allah } sedang bani Adam berkata mana hartaku mana hataku? Padahal tidaklah hartamu itu melainkan apa yg engkau makan sehingga ia binasa atau apa yg engkau pakai sehingga ia usang atau apa yg engkau sede-kahkan sehingga engkau melakukan perintah. Sedang selain itu akan hilang dan engkau tinggalkan buat manusia.” Maka sebaik-baik manusia adl yg mengambil perkara duniawinya sesuai kebutuhannya tidak berlebihan dan tidak pula meninggalkannya sama sekali. Lalu menjadikan semua hidupnya utk mengerjakan berbagai amal keba-jikan sebagi bekal dalam kehidupannya di akherat kelak.

2.13 DATANGNYA KEMATIAN MENURUT AL - QUR’AN

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:)

4. Kematian datang secara tiba-tiba. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34).

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut. Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi). Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW . Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”. Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.” Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu. Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras. Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93). Yaitu orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29). Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu. Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, yaitu surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. yaitu orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32). Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Wallahu a’lam bish-showab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.

2.14 KEMATIAN DARI SEGI NEGATIF

Kemungkianan kematian sebagai pemberhentian dinamik perkembangan itu harus ditemukan di dalam struktur manusia sendiri. Kematian itu tidak dapat menumpu pada kesatuan jiwa-badan sebab jiwa-badan itu sejajar, dan tidak adayang lebih rendah atau lemah dari yang lainnya. Menjelang Kematian : Fakta Induk dan Sekunder. Pada akhir hidup manusia lama-kelamaan keluasan dan kepadatan ‘aku’ fenomenal yang baru mulai berkurang. Menjelang Kematian:Empat Taraf. Baik fakta induk maupun fakta-fakta sekunder tetap memuat empat taraf. Dalam proses pengurangan dengan sendirinya semua fenomen fisis, biotis, psikis dank has-human itu ikut berkurang dan merosot. Sejauh fenomenal taraf lebih tinggi, terutama taraf kesadaran, makin tenggelam dan menjadi kubur di dalam dan ‘di-belakang’ taraf-taraf lebih rendah(fisis-biotis).

2.15 KEMATIAN DARI SEGI POSITIF

• Kristalisasi

Pada saat kematian itu manusia berhenti perkembangannya. ‘aku’ induk atau fakta induk mencapai titik kristalisasi atau pembuatanyang definitif. Kematian itu merupakan titik penutup bagi seluruh hidupnya, dan mengumpulkan segala-galanya. Kristalisasi itu bukan hanya memuat fakta induk, melainkan fakta induk sejauh menjadi real oleh karena endapan semua fakta sekunderyang lampau.

• Rohani-Jasmani

Seluruh manusia mencapai titik kristalisasi ini; bukan hanya jiwa, melainkan juga badan itu abadi (immortal). Beban induk manusiawi pun tidak dapat musnah lagi dan tidak menghilang. Kristalisasi manusia secara hakikijuga bersifat badaniah, dan tidak mungkin terjadi lepas dari badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar