Selasa, 14 Desember 2010

Asal-usul Patih Gajah Mada

Asal-usul Patih Gajah Mada

Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang demang (kepala desa) Kali Lanang yang berbama Putri Nanari nariratih. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300. Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro. Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja Jayanegara.
ketika pasukan elit hanya bisa dimasuki oleh mereka yang berdarah biru pula. Majapahit yang baru berdiri, dibawah Raden Wijaya, raja pertamanya, sedang berusaha mengkonsolidasikan kekuatannya. Setelah Kediri dengan Jayakatwangnya berhasil ditaklukkan, dan di sisi lain pasukan Mongolia telah berhasil diusir pergi, maka negara baru itu segera bermimpi akan mencapai kebesarannya setidaknya mencapai seperti Singosari, negara awalnya. Di samping itu bukankah Raden Wijaya adalah keturunan resmi yang pertama kali berhasil menjadi raja dari perkawinan Ken dedes dan Ken Arok, yang dilegendakan akan menurunkan raja terbesar di Jawa? Semuanya sudahtersedia, tinggal bagaimana raja baru itu memanfaatkan situasi. Maka pembangunan kemiliteran adalah salah satu jalan yang diplih untuk
memperkuat negara itu. Apalagi dalam perjalanannya, negara yang baru tumbuh itu, harus mengalami berbagai macam pemberontakan, yang terutama dari sahabat dekat sang raja sendiri, seperti Ranggalawe, Lembu sora, ataupun Nambi. Negara itu akan rapuh jika tak ada
yang siap beregenerasi. Maka sekolah militer untuk perwira dimasa depan disiapkan. Dan Gajah Mada adalah salah satu produknya. Menghabiskan masa mudadalam pendidikan kemiliteran, tak ada yang tahu kenapa ia bisa melesat tinggi karirnya. Hanya satu hal yang ia tahu, kesempatan tak pernah datang dua kali. Setelah Raden Wijaya wafat, Jayanegara naik sebagai raja. Sayang ia lemah. Maka ketidakpuasan pun muncul. Dan yang terhebat adalah pemberontakan Kuti. Huru hara pun muncul di ibukota, yang menyebabkan Jayanegara harus lari kesebuah desa hanya ditemani oleh pasukan elitnya yaitu Bhayangkara (nama desanya lupa, kalau gak salah namanya Badeder), yang tentu saja pimpinannya saat itu adalah Gajah Mada. Gajah Mada yang cerdas ini segera menyusun siasat, untuk mengembalikan tahta pada sang raja. Ia pergi ke ibukota, untuk melihat reaksi rakyat, apakah Kuti didukung atau tidak. Ia tiupkan isu sang raja telah wafat. Segera kesedihan mewarnai ibukota. Dan ia pun tahu, rakyat masih dibelakan sang raja. Segera ia kumpulkan pasukan, cari dukungan dan kemudian munculkan sang raja. Kuti yang tak berpikir ke sana akhirnya kalah oleh kuatnya dukungan terhadap sang raja. Ia kalah cerdik oleh juniornya.Tetapi setelah sang rajakembali berkuasa, tetap tak tak ada yang berubah. Dan Gajah mada pun muak melihatnya. Negara ini akan hancur jika raja lemah. Bagi Gajah mada, kesetiaan bukanlah pada sang raja, tapi bagi negaranya. Ia segera menyusun siasat. Ia tahu sang raja mata keranjang. Temannya Ra Tanca, tabib istana, punya istri yang cantik. Oleh Gajah Mada, ia mengisyaratkan berita ini pada sang raja. Raja yang penasaran itupun mencari tahu, dan setelah melihat sendiri, ternyata jatuh hati pada istri Ra Tanca. Ra Tanca yang mengetahui berita ini pun marah. Baginya sekarang cuma ada dua pilihan, membunuh
sang raja, atau ialah yang akan dibunuh. Pada waktu raja sakit, Gajah Mada segera menyiapkan perangkapnya. Ia panggil Ra Tanca untuk mengobati raja. Tapi ia tahu pula, hati Ra Tanca sudah terbakar amarah, dan pasti akan memanfaatkan situasi ini. Benar saja Ra Tanca membunuh raja. Ada dua versi, ada yang bilang membunuh dengan keris, versi lain dengan meminumkan racun. Gajah Mada yang sudah memperkirakan hal ini, segera bertindak seolah-olah ia kaget, dan segera menikam Ra Tanca, pembunuh raja sekaligus melenyapkan bukti. Segera nama Gajah Mada semakin menjulang ditengah duka ibukota. Dan istri Ra Tanca? bahwa Gajah Madalah yang mendapatkannya, sebab bagi
sejarah, nasib istri Ra Tanca tak penting lagi. Dan Gajah Mada pun jadi pahlawan. Bagi sebagian orang yang juga tak menyukai Jayanegara, tindakan Gajah mada tepat. Apalagi setelah Jayanegara wafat, digantikan oleh Tribuana Tungga Dewi. Wanita yang nyaris dijadikan istri oleh Jayanegara, walaupun ia merupakan saudara satu ayah lain ibu Jayanegara. Dan Tribuana sendiri hanya sebagai raja pengganti, menggantikan sang ibu Gayatri yang memilih menjadi Biksuni hingga Gayatri wafat, sehingga Hayam Wuruk menjadi raja. Tapi disini, ada yang berubah. Karir Gajah Mada meningkat. Setelah hanya menjadi bekel, kemudian naik menjadi pimpinan pasukan pelindung raja, naik menjadi patih di daerah Kediri(sebuah daerah protektorat), kemudian ia menjadi Mahapatih di Majapahit dan secara de facto yang memegang kekuasaan tertinggi, karena Hayam wuruk masih kecil. Dan disaat pengangkatnnya lah ia bersumpah yang dikenal sebagai Amukti Palapa.
“Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa". Dan selanjutnya, hidupnya diabadikan untuk mewujudkan sumpah itu. Hayam wuruk yang masih kecil menyerahkan semua urusan negara pada Gajah Mada. Dan kepercayaan itu dibalas dengan sempurna. Majapahit segera menjadi yang terbesar. Kekuasaannya meluas, seperti yang diimpikan oleh Gajah Mada. Bali, Tumasik, Maluku dan Campa menjadi wilayah kekuasaannya. Kadang ia sendiri turun kemedan perang memimpin pasukannya untuk menaklukkan. Hingga ketika kekuasaan meluas melebihi yang pernah dikenal orang Jawa, ada satu titik yang tersisa, Sunda. Negeri ini masih merdeka dan masalah pun dimulai. Hayam wuruk yang beranjak dewasa, memerlukan pendamping, permaisuri yang sebanding. Dibutuhkan yang tercantik, cerdas dan dari kerajaan yang besar pula. Hayam wuruk menilai Dara petak dari Sunda, putri raja Galuh pantas menjadi permaisurinya. Maka segera dikirimlah lamaran. Dan tentu saja Raja Galuh gembira dengan lamaran ini. Hayam Wuruk adalah pria terpandang, tampan dan sangat pantas menjadi menantunya. Dan segera urusan ini dipercepat, dan berangkatlah Raja Galuh ke Majapahit, membawa rombongan kecil dengan putrinya dan kemudian berhenti sejenak di desa Bubat, menunggu jemputan dari Majapahit. Gajah Mada yang mewakili Hayam Wuruk menjemput pengantin. Di desa Bubat mereka bertemu, untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut pernikahan. Tapi tragedi ini baru saja dimulai. Gajah Mada memandang, ini adalah usaha pelengkapnya untuk memasukkan Galuh dan seluruh Sunda yang kecil itu kedalam lingkaran Majapahit. Sang putri, merupakan tanda upeti bagi Majapahit, sebagai lambang kesetiaan dan nantinya akan dijadikan sebagai selir raja. Raja Galuh, Sri Baduga tak meyukai ide itu. Baginya ini adalah pernikahan pihak yang sederajat, sekufu, tak ada upeti dan sang putri harus menjadi permaisuri Raja, bukan selir yang dianggap sebagai penghinaan. Kata setuju tak dapat dicapai, dan amarah mulai menggelegak dan terjadilah pertempuran. Pasukan Galuh yang kecil itu luluh lantak ditangan pasukan Gajah Mada dan sang raja sendiri harus tewas. Sedang sang putri yang seharusnya akan berbahagia akan menjadi pengantin, akhirnya bunuh diri karena menanggung kesedihan. Dan Gajah Mada sendiri puas, cita-citanya tercapai, Nusantara telah bersatu dibawah Majapahit. Tapi Hayam Wuruk tak sependapat. Ia yang datang terlambat, sesuai tradisipengantin waktu itu, melihat pemandangan mengerikan. Calon istrinya telah meninggal. Ia marah pada Gajah Mada, tapi Gajah Mada adalah orang yang sangat berjasa bagi negara. Dan tindakannya hanya insting kenegaraan saja, dan untuk kejayaan Majapahit. Tapi disini visi mereka berbeda, dan tak mungkin 2 orang yang berbeda visi bekerjasama. Dan Gajah Mada sebagai orang Jawa mengerti hal itu, ialah yang harus mundur. Tiba-tiba ia merasa sudah tua, lelah sekali. Ia pergi, menanggalkan semua kebesarannya. Baginya sendiri tugasnya sudah selesai. Majapahit sudah sebesar yang diimpikannya. Ia memilih untuk menyepi, menghabiskan sisa hidupnya. Oleh Hayam wuruk, ia diberi sebuah desa kecil di dekat sungai Brantas yang dibebaskan dari pajak dan dinamakan desa Mada. Disinilah Gajah Mada menunggu takdirnya dan menikmati kesepiannya. Dan ia tahu raja tak pernah berminat lagi bertemu dengannya ketika sang raja mengelilingi Jawa dan sempat berada di dekat desa Mada. Tapi Hayam wuruk tak bersedia singgah untuk bertemu mantan Patih yang sudah tua itu. di Makam Panjang, situs Troloyo yang ada di Trowuan, Mojokerto, Jawa Timur ada sebuah makam yang diakui sebagai makam sang maha patih. Disamping itu, di desa Majapahit, Kecamatan Batauga, peisisr pulau Buton, Sulawesi Tenggara, terdapat makam yang juga dianggap sebagai makam Gajah Mada. Sedangkan di Lombok tepatnya di makam Selaparang yang disebut juga makam raja Selaparang, 2 jam dari Mataram, terdapat sebuah makam yang lagi-lagi dikabarkan sebagai peristirahatan terakhir patih Gajah Mada yang wafat pada tahun 1364 M itu. Yang paling unik tentu saja nisan dari makam Gajah Mada. Bentuknya seperti sumur bundar dengan sususan batu sungai berukuran sedang yang di tata rapi, tanpa tulisan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar